Cerbung Ibu dan Pergaulan Bebas 3 : Utusan Ibu Seksi

“Mbaa, jangan tatap gitu dong, ngeri tau,”
“Oh ya, sori kebiasaan mas,” jawabnya terlihat khawatir.
“G’ apa-apa mbak,” jawabku.

Kami terdiam. Tak tau harus saling menyapa apa.

“Mmm, apa g’ penasaran ma pesan Bu Tini, siapa Dia dan,, g’ usah gugup gitu kalee,”Jawab perempuan cantik yang mengulang ingatan pristiwa yang hampir membuat keperjakaan ini hilang.
“Penasaran sih, tapi khawatir banget nih, tadi Bundanya Sachiko udah janji mau telphon orang tuaku, tapi saya tidak melihatnya, malah sekarang menghilang,” jelasku.
“Oke dah ntar kita bicara di Mobil yah,” jawabnya.
“Enggak, biar Aku pulang sendiri aja,” sambutku.
“Wedew, culun ah kali sih kamu jadi cowok, diajak ma cewek cantik kayak Aku kok kamu g’ mau, sory canda. Maaf ya, ini pesan dan ada amanat yang harus Aku sampaikan”.

Mendengar penjelasannya, pikiran ini terbuka. Dalam benak melayang ingatan bagaimana nasib Sachiko yang hilang misterius dalam tangis yang tragis. Kondisi semakin runyam dengan Ibunya yang menghibahkan masalah baru.

Ingin rasanya semua teka-teki pekan ini segera terjawab. Gadis yang berada di depanku juga ikut termenung. Menanti jawaban, apakah Aku akan ikut dengannya atau nekat pulang sendiri.

Wajahnya terlihat cemas dan galau. Laku seksinya tak terlihat. Ada misteri juga yang terbaca dibalik penampilan cewek langsing tapi bukan kutilang dara ini. Ku terka demikian karena walau dia terlihat kurus, tinggi, langsing (kutilang) tapi pesonanya sebagai wanita yang memikat sangat jelas terlihat.

“Gemana nih,” ujarnya membuyarkan suasana sepi di rumah itu.
“Ya saya mau, tapi dengan satu syarat biar kita selamat,”jawabku spontan.
“Apa syaratnya?”
“Kamu shalat Ashar dulu, bukan Aku sok Alim tapi rumahku jauh,”
“Siap, terimakasih, tapi saya kasih tau teman Aku dulu, biar g’ capek nunggu, sekalian ambil mukena,”sambutnya terlihat sedih tapi bahagia.
“Punya teman?, kenapa g’ diajak kesini, ajak Dia Shalat sekalian,”

“Mereka non Muslim,”cetusnya sambil berlalu.

Terlihat dari balik jendela. Cewek itu memutar mobilnya. Entah dia mau kemana. Aku bingung. Sekitar 15 menit berlalu, Dia datang sambil meminta maaf dengan alasan sudah pergi membeli mukena dan tersenyum Indah. 

Entahlah, indahnya itu karena Aku berhasil memintanya Shalat dulu baru pulang atau naluri lelaki yang berbicara demikian. Jika Naluri cowok, tentu saja dari tadi sudah terlihat “Dia Cantik” karena memang cantik.

Tapi detik ini sungguh beda, karena selain cantik dia juga menarik. Cewek itu segera akan bersujud. Karena baru saja selesai berwhuduq. Dia terlihat semakin cantik dan bercahaya. Kuperhatikan sambil tersenyum.

“Dag,,dig,,” suara jantungku, karena saat Aku perhatikan ternyata dia menatapku juga, kamipun saling melempar senyum.

“Kenalan dong,” ujarnya sambil menyodorkan tangan.

“Iiih, dari tadi ke, dong batal whuduqnya kalau salaman,”

“Oke, Shalat dulu ya, udah 3 tahun, baru hari ini Saya Shalat lagi, makasih yah,”  tertawa bahagia.

Bersambung